ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT
Pengangguran
merupakan
salah satu permasalahan perekonomian yang
kompleks dan multidimensional.
Olah karenanya perlu
dicari solusi untuk mengatasi masalah pengangguran
tersebut. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi atau
PDRB,
beban/tanggungan penduduk, upah minimum kota dan inflasi terhadap tingkat pengangguran terbuka di
kota-kota
Provinsi Jawa
Tengah.
Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel, data yang
digunakan berupa time series (tahun 2008-2013) dan cross section (6 kota
di Provinsi Jawa Tengah). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan jurnal sebagai pendukung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Random Effect Model (REM)
adalah model
yang paling
tepat. Berdasarkan uji F variabel PDRB, beban/tanggungan
penduduk, upah minimum kota dan inflasi secara silmutan atau bersama-sama berpengaruh terhadap tingkat pengangguran terbuka.
Berdasarkan uji validitas pengaruh atau uji t, PDRB
berpengaruh positif tidak signifikan, beban/tanggungan penduduk
berpengaruh
positif
signifikan, upah minimum kota
berpengaruh negatif
signifikan dan inflasi berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap tingkat
pengangguran terbuka di kota-kota
Provinsi Jawa Tengah.
PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional yang melibatkan bermacam-macam perubahan mendasar dalam struktur sosial, sikap masyarakat dan lembaga
nasional seperti halnya percepatan pertumbuhan, pengurangan
ketimpangan,
dan
penanggulangan kemiskinan
(Todaro, 2011). Keberhasilan suatu negara
dapat diukur dengan seberapa besarnya kesejahteraan masyarakat dan rendahnya
kemiskinan yang terjadi di negara tersebut.
Indonesia merupakan negara berkembang
di mana terdapat berbagai
permasalah yang sulit diatasi terutama masalah sosial ekonomi. Di antara permasalahan yang
timbul ke permukaan berkaitan dengan pesatnya pertumbuhan
penduduk, yaitu ketidakseimbangan antara
pertumbuhan lapangan pekerjaan
dengan semakin bertambahnya tenaga
kerja setiap tahunnya.
Hal itu akan menimbulkan kelebihan
penawaran
tenaga kerja
dari pada permintaannya,
sehingga memunculkan fenomena
pengangguran. Di satu sisi, pengangguran menunjukkan adanya selisih antara
permintaan (demand for labor)
dan
penawaran tenaga kerja (supply of
labor) dalam
suatu perekonomian (Yustika, 2005).
Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh banyak faktor yang
saling berinteraksi
mengikuti pola yang
tidak selalu mudah untuk
dipahami. Berdasarkan tingkat
pengangguran dapat dilihat kondisi
suatu negara, apakah perekonomiannya berkembang
atau lambat bahkan mengalami kemunduran.
Kota
merupakan perkembangan dari desa, di kota terdapat permukiman
yang memusat dan memiliki karakter yang multifungsi, termasuk central business
district (CBD). Dari sisi demografi,
jumlah penduduk di
suatu kota biasanya
memiliki jumlah penduduk yang
lebih banyak dibandingkan dengan penduduk di desa. Hal ini terjadi karena di kota terdapat akses dan fasilitas yang
lebih banyak
dibandingkan yang ada di desa sehingga banyak terjadi perpindahan penduduk
dari desa ke kota (urbanisasi).
Perpindahan penduduk dari desa ke kota ini menyebabkan semakin tingginya pertumbuhan penduduk
di perkotaan. Provinsi Jawa Tengah mempunyai 6 kota dan 29 kabupaten. Kota-kota tersebut antara
lain: Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Magelang, Kota
Pekalongan, Kota Salatiga
dan
Kota Tegal. Salah satu alasan mengapa masyarakat pedesaan melakukan
migrasi tidak lain karena kesempatan untuk
memperoleh pekerjaan di kota lebih banyak daripada di desa, tetapi hal
ini justru menjadi persoalan bagi pemerintah dan
sektor swasta dalam penciptaan
lapangan pekerjaan.
·
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk
menghitung pengaruh pengaruh PDRB, beban/tanggungan penduduk,
upah dan inflasi terhadap tingkat pengangguran terbuka
di kota-kota Provinsi
Jawa Tengah tahun 2008-2013.
1.
LANDASAN TEORI
a. Ketenagakerjaan
Di Indonesia,
tenaga kerja
atau manpower mencakup penduduk
yang sudah atau sedang bekerja, yang
sedang mencari pekerjaan, dan yang
melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan
mengurus
rumah tangga.
Tenaga kerja
dibedakan oleh batas umur. Jadi tenaga kerja adalah penduduk
yang berumur
antara 14 sampai 60 tahun sedangkan orang yang berumur di bawah 14 tahun atau di atas 60 tahun digolongkan sebagai bukan angkatan kerja (Simanjuntak,
1985).
b. Permintaan
dan
Penawaran Tenaga Kerja
Fungsi permintaan tenaga kerja adalah fungsi yang menjelaskan hubungan antara perubahan tingkat upah
tenaga kerja
yang dibayarkan perusahaan
dan jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh perusahaan dalam proses produksi.
Sedangkan penawaran tenaga
kerja
adalah
hubungan antara
tingkat upah dengan jumlah
tenaga
kerja yang
siap disediakan pada alternatif
tingkat upah
untuk
periode tertentu (Feriyanto,
2014).
c. Pasar
Tenaga Kerja
Pasar kerja adalah seluruh aktivitas dari pelaku-pelaku yang mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja.
Pelaku-pelaku ini terdiri dari
pengusaha yang membutuhkan tenaga kerja, pencari kerja, dan perantara atau
pihak ketiga yang memberikan kemudahan
bagi
pengusaha dan pencari kerja
untuk saling berhubungan
(Simanjuntak, 1985).
d. Pengangguran
Pengangguran merupakan suatu
keadaan di mana
seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi
mereka belum dapat memperoleh
pekerjaan
tersebut (Sukirno, 1994).
e. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah
suatu ukuran kuantitatif yang
menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu,
apabila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Perkembangan tersebut
dinyatakan dalam bentuk persentase perubahan pendapatan nasional pada suatu tahun tertentu dibandingkan
dengan
tahun sebelumnya (Sukirno,2006).
f. Beban/Tanggungan Penduduk
Menurut Feriyanto (2014), angka
beban tanggungan adalah angka yang
menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang
tidak produktif (umur di
bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk
usia
produktif (umur
15-64
tahun).
g. Upah Minimum
Upah Minimum
adalah
upah bulanan
terendah yang terdiri
dari upah
pokok termasuk tunjangan tetap, berlaku bagi pekerja
yang mempunyai masa
kerja kurang 1 tahun (Feriyanto, 2014).
h. Inflasi
Menurut Boediono
(1990), inflasi adalah kecenderungan
dari
harga-harga
untuk menaik secara
umum
dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau
mengakibatkan
kenaikan)
sebagian besar dari harga barang-barang lain.
2.
METODE PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder meliputi data deret waktu (time
series) periode tahun 2008-2013 dan data silang tempat
(cross section) mencakup 6 kota di Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan alat analisis data panel untuk melihat arah dan variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), beban/tanggungan Penduduk (BTP), upah minimum kota
(UMK) dan inflasi (INF) terhadap tingkat pengangguran terbuka
(TPT)
adalah analisis regresi data panel. Adapun model analisis regresi data panel yang digunakan
adalah sebagai
berikut:
TPTit =
α + β1 PDRBit +
β2 BTPit +β3 UMKit +β1 INFit +
uit
Keterangan : TPTit (Tingkat Pengangguran Terbuka untuk
wilayah ke-i dan waktu ke-t);PDRBit (Produk Domestik Regional Bruto untuk wilayah ke-i dan waktu ke
t); BTPit (Beban/Tanggungan Penduduk untuk wilayah ke-i dan waktu
ke-t); UMKit (Upah Minimum Kota untuk wilayah ke-i dan waktu ke-t); INFit(Inflasi untuk wilayah ke-i dan waktu ke-t);
i (Menunjukkan
Kota); α (Koefisien
konstanta); u(Faktor pengganggu atau
tidak dapat diamaati).
Menurut Juanda (2012),
ada
tiga metode data panel yang dapat digunakan,
yaitu Metode Pooled Ordinary Least Square/PLS, Fixed Effect Model/FEM dan Random Effect Model/REM. Pemilihan model data panel yang
tepat dapat digunakan dengan uji chow dan uji hausman.
Uji chow digunakan untuk memilih antara model
PLS dan FEM. Uji hausman memilih antara
model FEM dan REM.Setelah penentuan model yang tepat, langkah selanjutnya perlu dilakukan
uji uji eksistensi model, uji determinan
dan uji validitas pengaruh.
3.
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
Regresi data panel ada tiga metode yang
harus lakukan dan dari ketiga metode
harus dipilih salah salah satu model yang
paling tepat. Hasil regresi data panel ditunjukkan
pada tabel dibawah
ini:
Hasil Regresi
Data Panel
Variabel Koefisien Model
PLS FEM REM
C |
8.566457 |
13.63182 |
|
11.50911 |
PDRB |
4.84E-08 |
1.83E-08 |
|
3.88E-08 |
BTP |
0.297355 |
0.174458 |
|
0.224596 |
UMK |
-1.48E-05 |
-1.42E-05 |
|
-1.45E-05 |
INF |
-0.069578 |
-0.072382 |
|
-0.073503 |
Error
term |
83.08662 |
50.23881 |
|
59.29789 |
R2 |
0.664718 |
0.797270 |
|
0.675968 |
Prob.F-Statistik |
0.000000 |
0.000001 |
|
0.000000 |
Sumber: Output data
panel menggunakan
E-views7
Uji Chow/Likelihood Ratio digunakan
untuk memilih model antara Pooled Ordinary Least Square dan Fixed Effect Model. H0: Model PLS tepat dengan
HA: ModelFEM tepat. Output E-views menunjukkan Prob. F atau Prob. Chi-Square signifkan (0,0028<0,10). Kesimpulannya, H0 ditolak yang
berarti model FEM tepat.
Hasil pengolahan ditunjukan pada tabel
berikut:
Hasil Regresi Uji Chow/Likelihood Ratio
Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 3.399.934
-5,26 0.0170
Cross-section Chi-square 18.111.452 5 0.0028
Sumber:
Output data panel menggunakan
E-views7
Uji Hausman digunakan untuk memilih model regresi data
panel yang paling baik
antara Fixed Effect Model dan Random Effect Model. H0: Model REM
tepat dengan HA: Model FEM
tepat. Output E-views menunjukkan Chi-square
atau p-value (0,4498>0,10). Kesimpulannya,
H0 diterima yang berarti model
REM tepat. Hasil pengolahan
ditunjukan pada tabel
berikut:
Hasil Regresi Uji Hausman
Test Summary Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq.
d.f. Prob.
Cross-section random 3.688.330 4 0.4498
Sumber:
Output data panel
menggunakan
E-views7
Berdasarkan uji chow
dan uji hausman
menunjukkan bahwa model Random Effect Model (REM) adalah model yang
paling tepat. Hasil regresi
ditunjukkan pada tabel berikut:
Hasil Regresi Random
Effect
Hasil Variabel Prob F
Regresi C PDRB
BTP
UMK
INF Stat
R2
Koefisien Prob.t-stat |
11.50911 3.88E-06
0.224596 1900627 1.261836
1.843296 |
|
-1.54E-03
-0.073505 -6.199772
-0.809208 |
|
0.00000
0.675968 |
Magelang |
0.748823 |
|
|||
Surakarta |
-0.343086 |
||||
Salatiga |
0.083062 |
||||
Semarang |
0.152077 |
||||
Pekalongan |
-1.375734 |
||||
Tegal |
0.735734 |
Sumber: Output data panel menggunakan
E views7
Konstanta Magelang sebesar 11,50911 + 0,748823,
Surakarta sebesar 11,50911+ (-0,343086), Salatiga sebesar 11,50911 + 0,083062,
Semarang
sebesar 11,50911
+ 0,152077, Pekalongan sebesar
11,50911
+
(-1,376611),
dan Tegal
sebesar 11,50911 + 0,735734. Sedangkan tingkat pengangguran dipengaruhi oleh variabel PDRB
sebesar 3,88E-08 (0,0000000388), beban/tanggungan penduduk
(BTP) sebesar
0,224596, upah minimum (UMK) sebesar -1,45E-05 (-0,0000145)
dan inflasi (INF) sebesar -0,073503.
Berdasarkan tabel regresi Random Effect, secara serempak variabel PDRB, beban/tanggungan penduduk, upah minimum kota
dan inflasi mempengaruhi tingkat
pengangguran di
kota-kota Provinsi
Jawa
Tengah. R-square sebesar 0,675968 atau 67,60 persen, artinya variasi tingkat pengangguran terbuka dapat dijelaskan secara statistik oleh variabel PDRB, beban/tanggungan penduduk, upah minimum kota dan inflasi. Sedangkan sisanya sebesar 32,40 persen dijelaskan
oleh faktor-faktor lain di luar model.
a.
Hubungan PDRB dan Tingkat Pengangguran Terbuka
Berdasarkan hasil estimasi data panel menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi yang
diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
mempengaruhi tingkat pengangguran terbuka. PDRB berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
tingkat pengangguran terbuka. Artinya, apabila tingkat
pertumbuhan ekonomi
atau PDRB naik maka tingkat pengangguran terbuka juga akan naik. Namun,
peningkatan PDRB
tersebut tidak berpengaruh
terhadap
tingkat pengangguran
terbuka.
b.
Beban/Tanggunggan Penduduk dan Tingkat Pengangguran Terbuka
Berdasarkan hasil estimasi data
panel menunjukkan
bahwa beban/tanggungan penduduk berpengaruh
positif signifikan terhadap tingkat pengangguran. Artinya, peningkatan
dalam beban tanggungan penduduk maka akan menyebabkan tingkat
pengangguran terbuka juga akan
meningkat.
c.
Upah
Minimum Kota (UMK) dan
Tingkat Pengangguran Terbuka
Berdasarkan hasil estimasi data
panel menunjukkan bahwa upah minimum
kota (UMK) berpengaruh negatif
signifikan terhadap tingkat pengangguran
terbuka. Artinya, semakin turun
tingkat upah maka cenderung semakin meningkat tingkat pengangguran terbuka. Sebaliknya,
semakin tinggi upah minimum yang ditawarkan, maka semakin turun tingkat pengangguran terbuka.
d.
Inflasi dan Tingkat Pengangguran Terbuka
Berdasarkan hasil estimasi data panel menunjukkan
bahwa inflasi
berpengaruh
negatif
tidak signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka.
Artinya, besar
kecilnya inflasi tidak mempengaruhi tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Jawa Tengah.
4.
KESIMPULAN
Berdasarkan pada hasil analisis yang sudah dibahas pada bab sebelumnya, maka
dalam penelitian
ini dapat disimpulkan
sebagai
berikut:
1. Model yang terbaik adalah model REM.
2. Model REM memiliki daya ramal yang cukup tinggi. Berdasarkan uji F,
variable Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), beban/tanggungan penduduk (BTP), upah minimum kota (UMK)
dan
inflasi secara simultan
atau bersama-sama
berpengaruh terhadapt ingkat pengangguran terbuka di kota-kotaProvinsiJawa Tengah tahun 2008-2013.
3. Hasil uji koefisien determinan (R2) menunjukkan besarnya nilai Rsquared 0,675968, artinya 67,60 persen. Artinya variasi variabel independen dalam
model yaitu Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB),
beban/tanggungan
penduduk (BTP), upah minimum kota
(UMK) dan inflasi (INF) mampu menjelaskan variasi tingkat pengangguran sebesar
67,60 persen di kota- kota
Provinsi Jawa Tengah, sedangkan sisanya sebesar 32,40 persen dijelaskan
oleh variabel lain diluar model.
4. Berdasarkan uji validitas pengaruh (uji t), PDRB memliki pengaruh positif tidak signifikan,
beban/tanggungan penduduk memiliki pengaruh
positif signifikan, upah minimum kota
memiliki pengaruh negatif signifikan dan inflasi berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka
5.
SARAN
Berdasarkan analisis mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pengangguran terbuka di kota-kota Provinsi
Jawa Tengah maka saran yang dapat
disampaikan adalah:
1. Bagi pemerintah Provinsi Jawa Tengah khususnya Dinas Sosial, Tenaga Kerja
dan
Transmigrasi hendaknya melakukan berbagai usaha
dalam mengatasi pengangguran dengan cara
menciptakan lapangan kerja baru, mendirikan industri-industri
baru yang
bersifat padat karya,memberikan pelatihan
tenaga kerja, mengembangkan UMKM dan bursa kerja.
2. Pemerintah
hendaknya meningkatkan
mutu pendidikan dan fasilitas pelatihan guna meningkatkan kemampuan pencari kerja
agar sesuai
dengan kebutuhan dunia kerja.
3. Pemerintah perlu terus mendorong masuknya investasi baik dari dalam
maupun luar negeri
untuk menciptakan
kesempatan kerja di Indonesia.
4. Bagi setiap warga negara harus ikut berpartisipasi dalam upaya
penanggulangan dan usaha pemerintah yang
sudah di programkan guna mengurangi
pengangguran.
5. Bagi penelitian selanjutnya
diharapkan dapat menganalisis variabel-
variabel lain yang mempengaruhi tingkat pengangguran terbuka. Selain
itu
juga diharapkan untuk memperluas pembahasaannya sehingga pengangguran
dapat
dilihat dari
sudut yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Amri. 2007. “Pengaruh Inflasi dan
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran di Indonesia”
(online), (http://amriamir.wordpress.com, diakses tanggal
20 Agustus 2014)
Arsyad, Lincoln. 1997. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STIM
YKPN Yogyakarta
Arsyad, Lincoln.
1999.
Pengantar
Perencanaan dan Pembangunan
Ekonomi
Daerah.
Yogyakarta: BPFE.
Arsyad, Lincoln. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STIM
YKPN Yogyakarta.
Badan Pusat
Statistik. 2008-2013. Jawa Tengah Dalam
Angka. Semarang: Badan Pusat
Statistik Jawa Tengah.
Badan Pusat Statistik Kota Magelang. 2008-2013. Kota Magelang Dalam Angka. Semarang:
Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik Kota Salatiga. 2008-2013. Kota Salatiga Dalam Angka.
Semarang: Badan
Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2008-2013. Kota Semarang Dalam Angka.
Semarang: Badan
Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik Kota Surakarta. 2008-2013. Kota Surakarta Dalam Angka.
Semarang: Badan
Pusat Statistik.
Badan
Pusat Statistik Kota Tegal.
2008-2013. Kota
Tegal
Dalam
Angka. Semarang:
Badan Pusat Statistik.
Comments
Post a Comment
Silahkan tambahkan komentar jika ada yang ingin di ketahui atau diberi tahu